Jumat, 10 Mei 2013

skripsi korelasi elhakim



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Salah satu tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan menigkatkan kualitas manusia Indonesia melalui upaya peningkatan kualitas pendidikan pada semua jenjang pendidikan, yang memungkinkan warganya mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya.
Matematika merupakan komponen pengembangan IPTEK, sehingga matematika menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi agar bisa menggenggam teknologi maju dalam dunia pendidikan. Prestasi belajar matematika dari dulu hingga sekarang merupakan masalah yang menarik. Dewasa ini sain dan teknologi berkembang pesat. Perkembangan tersebut menuntut hadirnya individu-individu yang kreatif, beretos kerja yang tinggi, profesional dan memiliki kepedulian serta kepekaan terhadap masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat. Sehingga memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam penguasaan sains dan teknologi adalah matematika, aspek terapannya maupun aspek penalarannya. Di samping itu, matematika dapat memberi bekal penataan alat dan pembentukan sikap mental. Hal inilah yang menjadi acuan mengapa matematika diajarkan. Bagi sebagian peserta didik, pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit. Bahkan ada yang menganggap matematika sebagai momok yang menakutkan bagi mereka. Karena anggapan mereka yang seperti itu sehingga mereka sulit menerima dan mencerna pelajaran matematika sebelum mencoba untuk mempelajarinya.
Indonesia mempunyai undang-undang dasar yang di dalamnya mengatur sistem pendidikan. Seperti bunyi pasal 31 ayat 1 UUD 1945, yang menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran”. Seorang guru perlu menyadari bunyi dan isi pasal ayat Undang-Undang Dasar tersebut, setiap murid berhak mendapatkan pengajaran yang sama. Dalam tugasnya sehari-hari guru dihadapkan pada suatu permasalahan yaitu dia harus memberi pengajaran yang sama kepada murid yang berbeda-beda. Perbedaan itu berasal dari lingkungan kebudayaan, lingkungan sosial, kecerdasan dalam diri siswa, jenis kelamin dan lain-lain.
Salah satu faktor yang mempunyai peranan penting dalam sistem pendidikan adalah kecerdasan spiritual. Selama ini, kita cenderung memahami kecerdasan dengan barometer IQ sehingga seseorang dikatakan cerdas bila mendapat IQ di atas 100, misalnya nilai 9 di sekolah atau mendapat IP 4,0 di perguruan tinggi atau orang memandang kecerdasan dengan pendekatan EQ sehingga seseorang dikatakan cerdas bila punya komitmen, bersikap loyal, dan empati, kedua kecerdasan itu tidak cukup untuk menyelesaikan persoalan hidup. Kita butuh kemampuan diri untuk menggunakan kecerdasan ketiga yakni SQ (Spiritual Question) karena dengan SQ, kita akan mempunyai kesadaran diri dan makna hidup yang sebenarnya.
Spiritual Question (SQ) memungkinkan manusia menjadi kreatif, mengubah aturan dan situasi.(Zohar, 2001: 5). SQ dalam masyarakat modern adalah rendah. Kita berada dalam budaya yang secara spiritual bodoh yang ditandai oleh matearilisme, ketergesaan, egoisme diri yang sempit, kehilangan makna, dan komitmen. Secara harfiah SQ beroperasi dari pusat otak yaitu dari fungsi-fungsi penyatu otak. Selain itu kecerdasan spiritual digunakan untuk menghadapi dan memecahkan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan seseorang lebih bermakna dibandingkan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk mengfungsikan IQ dan EQ secara efektif bahkan, SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita. Tasmara mengistilahkan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan ruhaniyah (trancendental intelligence). Menurut konsepnya kecerdasan ruhaniyah bertumpu pada ajaran cinta.
Selain kecerdasan spiritual faktor yang lain adalah daya kreativitas anak. Masalah dimensionalitas kreativitas dan inteligensi adalah masalah peranan kreativitas dan inteligensi dalam prestasi di sekolah.(Munandar, 2009: 9). Guilford dengan pidatonya yang terkenal pada tahun 1950 memberi perhatian terhadap masalah kreativitas dalam pendidikan, menyatakan bahwa pengembangan kreativitas ditelantarkan dalam pendidikan formal, padahal kreativitas dapat menciptakan suatu gagasan, mengenal kemungkinan alternatif, memiliki keberanian untuk mencoba, dan lain-lain. Meningkatkan kreativitas bagian integral dari kebanyakan progam untuk anak berbakat. Jika kita tinjau tujuan progam atau sasaran belajar siswa, kreativitas biasanya disebut prioritas. Hal ini dapat dipahami jika kita melihat dasar pertimbangan (rasional) mengapa kreativitas perlu dipupuk dan dikembangkan. Kreativitas hendaknya meresap dalam seluruh kurikulum dan iklim kelas melalui faktor-faktor seperti sikap menerima keunikan individu, pertanyaan yang berakhir terbuka, penjajakan dan kemungkinan membuat pilihan.
Faktor lain yang menyebabkan hasil belajar adalah rasa kecemasan yang dirasakan oleh siswa. Akhir-Akhir ini negara-negara berkembang mulai berusaha untuk memfokuskan diri pada bidang sains dan matematika, salah satunya adalah Negara Indonesia. Usaha Indonesia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan pada bidang sains dan matematika dapat dilihat pada pemberian pelajaran matematika sejak dini. Hudoyo berpendapat pemfokusan pelajaran matematika disebabkan karena matematika merupakan dasar untuk mengembangkan ilmu, sehingga mutlak diperlukan tenaga yang  terampil dan pandai dalam matematika. Bila perkembangan ilmu matematika dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka akan diperoleh generasi yang berkualitas di masa yang akan datang. Namun usaha tidak selalu sama dengan yang diharapkan. Terkadang sering ditemukan banyak hambatan dalam pencapaian usaha tersebut. Hambatan-hambatan itu dapat muncul dari dalam diri individu maupun dari lingkungan sekitar individu. Bila hambatan-hambatan tersebut tidak segera ditanggulangi oleh pemerintah di suatu negara, terutama di negara Indonesia maka hambatan-hambatan tersebut dapat menimbulkan kecemasan pada bidang matematika.
Peserta didik atau siswa di Indonesia mempunyai rasa cemas atau kurangnya optimisme dalam diri siswa sehingga rasa percaya diri kurang dan semangat dalam belajar juga semakin lemah. Hal ini terlihat ketika siswa mengalami kesulitan dalam memberikan kode sebagai persiapan untuk menghafal sehingga menyebabkan hasil belajar di sekolah semakin menurun. Pada suatu saat psikolog pernah memberikan tugas-tugas belajar yang berbeda kepada peserta penelitian di laboratorium. Peserta ini mengaku dirinya terlalu banyak atau terlalu sedikit rasa cemas dalam situasi akademis. Kemudian hasil kedua kelompok itu diperbandingkan. Hubungan antara kecemasan dan prestasi sekolah secara keseluruhan, tampak sangat rumit. Secara umum kecemasan, tampaknya masih mampu membuat orang berhasil terhadap tugas yang mudah, menghambat terhadap tugas yang sulit. Orang dengan kecemasan yang hebat pada khususnya akan cenderung gagal menghadapi kesulitan atau item tes yang ambigu.(Davidoff, 1991: 64).
Keadaan di atas terjadi di MTsN Bawu Batealit Jepara, dimana siswa-siswinya memiliki beranekaragam kecerdasan spiritual, serta kreativitas belajar dan kecemasan dalam belajar yang berbeda pula.
Hal tersebut di atas diketahui setelah saya melakukan wawancara pada  Bapak H. Ali Musyafak selaku kepala sekolah MTsN Bawu Batealit Jepara dan Bapak Heru selaku guru bidang studi matematika. Menurut Kepala Sekolah bahwa sekolah ini memiliki asrama atau pondok pesentren dengan nama At-Tohiriyah yang memiliki barbagai kegiatan yang berhubungan dengan agama dan diperketat dengan peraturan-peraturan. Sebagian siswa dari sekolah ini ada yang tinggal di pondok pesantren dan ada yang tidak berada di pondok pesantren (di rumah). Beliau juga mengatakan bahwa, terdapat perbedaan dalam hasil belajar siswa, yaitu antara siswa yang berada di pondok pesantrean dan siswa yang tidak berada di pondok pesantren (di rumah), hal ini dapat dilihat dari nilai raport siswa, selain itu juga terdapat perbedaan dalam hal tingkah laku yang mengarah pada kedisiplinan, tanggung jawab, dan kesadaran diri siswa. Siswa yang berada di pondok pesantran tingkah lakunya cenderung lebih baik dari pada siswa yang tidak berada di pondok pesantren (di rumah), hal-hal tersebut dapat dikaitkan dengan pembahsan tentang kecerdaan spiritual karena hal tersebut merupakan suatu indikator atau sesuatu yang dapat menggambarkan seberapa tinggi tingkat kecerdasan spiritual yang dimiliki oleh siswa di sekolah itu. Menurut Bapak Heru selaku guru matematika, bahwa ada beberapa siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi lebih kreatif dibandingkan dengan siswa yang memiliki tingkat kecerdasan rendah, hal ini dapat dilihat ketika para siswa sedang belajar di kelas. Berkaitan dengan penjelasan di atas, sehingga peneliti mengambil permasalahan-permasalahan antara lain:
1.      Hubungan kecerdasan spiritual dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII semester II MTsN Bawu Batealit Jepara.
2.      Hubungan kreativitas dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII semester II MTsN Bawu Batealit Jepara.
3.      Hubungan kecemasan dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII semester II MTsN Bawu Batealit Jepara.
4.      Hubungan kecerdasan spiritual, kreativitas, dan kecemasan dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII semester II MTsN Bawu Batealit Jepara.
Maksud dari hubungan antara kecerdasan spiritual di atas adalah, bahwa kecerdasan spiritual mempunyai hubungan yang erat dengan hasil belajar karena kecerdasan ini mempunyai beberapa unsur yang dapat mempengaruhi hasil belajar, yaitu: sikap fleksibel, kesadaran diri, dan keyakinan positif, sedangkan untuk kreativitas juga mempengaruhi hasil belajar karena kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim, memadukan informasi yang tampaknya tidak berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru yang menunjukkan kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam berpikir, hal inilah yang menjadi faktor dalam hasil belajar, sehingga kreativitas mempunyai hubungan yang erat dengan hasil belajar. Kecemasan juga dapat mempengaruhi hasil belajar, karena kecemasan mengandung unsur yang dapat mempengaruhi hasil belajar di antaranya adalah kurangnya rasa percaya diri dan adanya rasa pesimis ketika proses belajar-mengajar berlangsung, hal inilah yang menjadi penyebab adanya hubungan antara kecemasan dan hasil belajar. Sedangkan untuk hubungan antara ketiga variabel tersebut yaitu kecerdasan spiritual, kreativitas, dan kecemasan dengan hasil belajar, maksudnya adalah bahwa kecerdasan spiritual dapat mempengaruhi kreativitas dan kecemasan dan akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga akan timbul hubungan antara kecerdasan spiritual, kreativitas, dan kecemasan dengan hasil belajar.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ferdiyani (2010: 90) dijelaskan dalam studi korelasinya yaitu antara kreativitas dan prestasi belajar matematika, di dalamnya ditemukan adanya korelasi yang positif serta adanya kontribusi yang signifikan antara kreativitas dan prestasi belajar matematika. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII SMPN 32 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011, hal ini ditunjukkan dari nilai r hitung = 0.732 > r tabel = 0.329.
Dalam penelitian lainnya yang dilakukan oleh Kiswayanti (2010: 101) dalam studi korelasinya antara kreativitas dan prestasi belajar untuk siswa kelas VIII MTs Al-Wathoniyyah Semarang, juga menemukan adanya hubungan atau korelasi yang positif dengan kata lain, kreativitas siswa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. Hal ini dapat ditunjukkan dari nilai r hitung = 0.765 > r tabel = 0.220, sehingga terdapat hubungan yang positif antara kreativitas dan prestasi belajar matematika siswa. Dalam pembahasan tentang kecemasan yang dirasakan siswa ketika belajar matematika di kelas, terdapat ciri-ciri atau indikator kecemasan yang ditemukan atau dialami oleh siswa, baik ciri fisik maupun ciri psikis. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sugiarti (2010: 30) dijelaskan bahwa kondisi fisik yang menyangkut nutrisi yang baik dan olahraga yang teratur yang biasa meningkatkan fungsi kognitif pada anak, begitu juga kondisi psikis atau inteligensi juga berpengaruh besar terhadap minat belajar sehingga hasil belajar manjadi kurang baik. Kondisi fisik maupun psikis yang kurang baik akan memicu kurangnya fungsi dalam tubuh sehingga akan mengakibatkan anak kurang bisa menangkap pembelajaran atau melakukan aktifitas dengan sempurna atau baik, dan hal ini seringkali yang tidak diperhatikan oleh semua orang baik guru maupun orang tua.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian  dengan judul “HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL, KREATIVITAS, DAN KECEMASAN SISWA DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER II MTsN PECANGAAN DI BAWU BATEALIT JEPARA TAHUN AJARAN 2010/2011”.
B.     Penegasan Istilah
Untuk menghindari adanya penafsiran yang berbeda serta untuk mewujudkan kesamaan pandangan dan pengertian yang berhubungan dengan judul skripsi ini, maka perlu ditegaskan dengan istilah sebagai berikut:
1.      Hubungan
Hubungan adalah ikatan atau pertalian antara subjek dan objek.(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 409).
Yang dimaksud hubungan dalam penelitian ini adalah adanya ikatan atau pertalian antara  kecerdasan spiritual, kreativitas dan kecemasan dengan hasil belajar matematika.


2.      Kecerdasan Spiritual
a.       Kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal (kepandaian dsb).(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 212).
b.      Kecerdasan spiritual adalah suatu kecerdasan yang berhubungan dengan kejiwaan dan kerohanian.(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 771). Di dalam sumber yang lain dijelaskan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan seseorang lebih bermakna dibandingkan yang lain.(Agustian, 2001: 13).
c.       Kecerdasan spiritual adalah pengetahuan akan kesadaran diri, makna hidup, tujuan hidup atau nilai-nilai tertinggi.(Nasution, 2009: 1).
Yang dimaksud kecerdasan spiritual dalam penelitian ini adalah ketepatan dalam bersikap fleksibel, ada tidaknya keberanian untuk mencoba, keyakinan positif, sikap tanggung jawab, tingkat kesadaran, dan ketepatan dalam mengambil keputusan.
3.      Kreativitas
a.       Kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta.(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 489).
b.      Kreativitas adalah kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim, memadukan informasi yang tampaknya tidak berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru atau gagasan-gagasan baru, yang menunjukkan kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam berpikir.(Munandar, 2009: 168).
Yang dimaksud kreativitas dalam penelitian ini adalah menciptakan gagasan, mengenal kemungkinan alternatif, melihat kombinasi yang tidak terduga, memiliki keberanian, bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, memiliki latar belakang membaca yang luas dan sebagainya.
4.      Kecemasan
a.       Kecemasan adalah suatu perasaan gelisah, khawatir terhadap sesuatu yang bakal terjadi.(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 208).
b.      Kecemasan didefinisikan sebagai emosi yang ditandai oleh perasaan akan bahaya yang diantisipasikan, termasuk juga ketegangan dan stress yang menghadang dan oleh bangkitnya system saraf simpetik.(Davidoff, 1991: 61).
Yang dimaksud kecemasan dalam penelitian ini adalah ada tidaknya gejala yang bersifat fisik seperti: jari-jari tangan dingin, detak jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang dan lain-lain. Selain gejala fisik juga bersifat mental seperti: ketakutan, merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tentram, dan ingin lari dari kenyataan.
5.      Hasil Belajar Matematika
a.       Hasil adalah sesuatu yang didapat dari jerih payah.(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 351).
b.      Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman.(Sudjana, 2008: 28).
c.       Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada individu melalui interaksi dengan lingkungan secara disadari dan bersifat relative tetap.(Halmar, 2008: 4).
d.      Hasil belajar menurut howard kingsley dalam buku Nana sudjana (2008: 7) dibagi menjadi tiga macam yakni ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita.
e.       Matematika secara singkat dikatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif.(Hudoyo, 1990: 4).
Yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII semester II MTsN Bawu Batealit Jepara.
6.      Siswa kelas VIII semester II
Siswa kelas VIII semester II adalah siswa yang mengikuti pendidikan berdasarkan kurikulum KTSP di MTsN Bawu Batealit Jepara dan tercatat sebagai siswa kelas VIII semester II.
C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut:
1.      Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan spiritual dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII semester II MTsN Bawu Batealit Jepara tahun ajaran 2010/2011?
2.      Apakah terdapat hubungan antara kreativitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII semester II MTsN Bawu Batealit Jepara tahun ajaran 2010/2011?
3.      Apakah terdapat hubungan antara kecemasan dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII semester II MTsN Bawu Batealit Jepara tahun ajaran 2010/2011?
4.      Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan spiritual, kreativitas, dan kecemasan dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII semester II MTsN Bawu Batealit Jepara tahun ajaran 2010/2011?
D.    Tujuan Penelitian
Tujuan yang menjadi dasar penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengatahui hubungan antara kecerdasan spiritual dan hasil belajar matematika.
2.      Untuk mengetahui hubungan antara kreativitas dan hasil belajar matematika.
3.      Untuk mengatahui hubungan antara kecemasan dan hasil belajar matematika.
4.      Untuk mengatahui hubungan antara kecerdasan spiritual, kreativitas, dan kecemasan dengan hasil belajar matematika.


E.     Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi mahasiswa, guru, siswa, peneliti, dan sekolah dalam rangka membantu keberhasilan siswa antara lain:
1.      Bagi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika yang mempelajari dan mengkaji rancangan skripsi ini dapat memberikan gambaran dan pengetahuan mengenahi hubungan antara kecerdasan spiritual, kreativitas, dan kecemasan siswa dengan hasil belajar. Selain itu juga dapat digunakan sebagai sumber referensi untuk penulisan karya ilmiah atau digunakan untuk kajian dalam penelitian.
2.      Bagi Guru
Sebagai bahan masukan bagi guru terhadap keadaan para siswanya, dimana siswanya memiliki perbedaan dalam hal kecerdasan spiritual, kreativitas, dan kecemasan dalam belajar sehingga tidak menghambat para guru dalam kegiatan belajar mengajar.
3.      Bagi Siswa
Diharapkan para siswa yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi, sedang, bahkan rendah untuk tetap meningkatkan kreativitas dalam belajar dan berusaha agar selalu mengurangi rasa cemas ketika kegiatan belajar mengajar sehingga prestasi belajarnya.



4.      Bagi Peneliti
Peneliti bisa mengetahui perbedaan dalam kecerdasan spiritual, kreativitas, dan kecemasan pada siswa sehingga dapat mempersiapkan diri lebih awal sebagai calon guru yang berkompeten dan profesioanal.
5.      Bagi Sekolah
Sekolah mampu mengidentifikasi kelemahan penyebab terhambatnya kemampuan untuk memecahkan masalah pada siswa dan secara tidak langsung akan membantu memperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah.
F.     Sistematika Penulisan Skripsi
Agar memperoleh gambaran yang jelas dan nyata serta mudah untuk di pahami, maka penulis menguraikan sesuai dengan sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:
1.    Bagian Awal
Pada bagian awal berisikan tentang halaman judul, lembar persetujuan, lembar pengesahan, halaman motto dan persembahan, abstraksi, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran dan daftar tabel.
2.    Bagian Inti
Pada bagian inti berisikan sebagai berikut:
BAB 1   PENDAHULUAN
Pada bab ini memuat latar belakang, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB 2   KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini memuat pembelajaran matematika, kecerdasan spiritual, kreativitas, kecemasan, hasil belajar matematika, kerangka berpikir, dan hipotesis.
BAB 3   METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini memuat penentuan tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, metode pengumpulan data, uji instrumen penelitian, dan metode analisis data.
BAB 4   HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini memuat pelaksanaan penelitian, hasil ujicoba instrumen dan analisis data.
BAB 5  PENUTUP
 Pada bab ini memuat kesimpulan dan saran.
3.    Bagian Akhir
Pada bagian ini memuat daftar pustaka, lampiran-lampiran yang digunakan dan surat izin penelitian.

jika saudara ingin mengopy secara lengkap silahkan hubungi 085642754647

Tidak ada komentar:

Posting Komentar