BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu
tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa dan menigkatkan kualitas manusia Indonesia melalui upaya
peningkatan kualitas pendidikan pada semua jenjang pendidikan, yang
memungkinkan warganya mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya.
Matematika
merupakan komponen pengembangan IPTEK, sehingga matematika menjadi salah satu
syarat yang harus dipenuhi agar bisa menggenggam teknologi maju dalam dunia
pendidikan. Prestasi belajar matematika dari dulu hingga sekarang merupakan
masalah yang menarik. Dewasa ini sain dan teknologi berkembang pesat.
Perkembangan tersebut menuntut hadirnya individu-individu yang kreatif, beretos
kerja yang tinggi, profesional dan memiliki kepedulian serta kepekaan terhadap
masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat. Sehingga memiliki kemampuan untuk
mengatasi masalah tersebut. Salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan
penting dalam penguasaan sains dan teknologi adalah matematika, aspek
terapannya maupun aspek penalarannya. Di samping itu, matematika dapat memberi
bekal penataan alat dan pembentukan sikap mental. Hal inilah yang menjadi acuan
mengapa matematika diajarkan. Bagi sebagian peserta didik, pelajaran matematika
adalah pelajaran yang sulit. Bahkan ada yang menganggap matematika sebagai
momok yang menakutkan bagi mereka. Karena anggapan mereka yang seperti itu
sehingga mereka sulit menerima dan mencerna pelajaran matematika sebelum
mencoba untuk mempelajarinya.
Indonesia
mempunyai undang-undang dasar yang di dalamnya mengatur sistem pendidikan.
Seperti bunyi pasal 31 ayat 1 UUD 1945, yang menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warga
Negara berhak mendapat pengajaran”. Seorang guru perlu menyadari bunyi dan isi
pasal ayat Undang-Undang Dasar tersebut, setiap murid berhak mendapatkan
pengajaran yang sama. Dalam tugasnya sehari-hari guru dihadapkan pada suatu
permasalahan yaitu dia harus memberi pengajaran yang sama kepada murid yang
berbeda-beda. Perbedaan itu berasal dari lingkungan kebudayaan, lingkungan
sosial, kecerdasan dalam diri siswa, jenis kelamin dan lain-lain.
Salah satu
faktor yang mempunyai peranan penting dalam sistem pendidikan adalah kecerdasan
spiritual. Selama ini, kita cenderung memahami kecerdasan dengan barometer IQ
sehingga seseorang dikatakan cerdas bila mendapat IQ di atas 100, misalnya
nilai 9 di sekolah atau mendapat IP 4,0 di perguruan tinggi atau orang
memandang kecerdasan dengan pendekatan EQ sehingga seseorang dikatakan cerdas
bila punya komitmen, bersikap loyal, dan empati, kedua kecerdasan itu tidak
cukup untuk menyelesaikan persoalan hidup. Kita butuh kemampuan diri untuk
menggunakan kecerdasan ketiga yakni SQ (Spiritual Question) karena
dengan SQ, kita akan mempunyai kesadaran diri dan makna hidup yang sebenarnya.
Spiritual
Question (SQ)
memungkinkan manusia menjadi kreatif, mengubah aturan dan situasi.(Zohar, 2001:
5). SQ dalam masyarakat modern adalah rendah. Kita berada dalam budaya yang
secara spiritual bodoh yang ditandai oleh matearilisme, ketergesaan, egoisme
diri yang sempit, kehilangan makna, dan komitmen. Secara harfiah SQ beroperasi
dari pusat otak yaitu dari fungsi-fungsi penyatu otak. Selain itu kecerdasan
spiritual digunakan untuk menghadapi dan memecahkan makna dan nilai, yaitu
kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang
lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan
seseorang lebih bermakna dibandingkan yang lain. SQ adalah landasan yang
diperlukan untuk mengfungsikan IQ dan EQ secara efektif bahkan, SQ merupakan
kecerdasan tertinggi kita. Tasmara mengistilahkan kecerdasan spiritual sebagai
kecerdasan ruhaniyah (trancendental intelligence). Menurut konsepnya
kecerdasan ruhaniyah bertumpu pada ajaran cinta.
Selain
kecerdasan spiritual faktor yang lain adalah daya kreativitas anak. Masalah
dimensionalitas kreativitas dan inteligensi adalah masalah peranan kreativitas
dan inteligensi dalam prestasi di sekolah.(Munandar, 2009: 9). Guilford dengan
pidatonya yang terkenal pada tahun 1950 memberi perhatian terhadap masalah
kreativitas dalam pendidikan, menyatakan bahwa pengembangan kreativitas
ditelantarkan dalam pendidikan formal, padahal kreativitas dapat menciptakan
suatu gagasan, mengenal kemungkinan alternatif, memiliki keberanian untuk mencoba,
dan lain-lain. Meningkatkan kreativitas bagian integral dari kebanyakan progam
untuk anak berbakat. Jika kita tinjau tujuan progam atau sasaran belajar siswa,
kreativitas biasanya disebut prioritas. Hal ini dapat dipahami jika kita
melihat dasar pertimbangan (rasional) mengapa kreativitas perlu dipupuk dan
dikembangkan. Kreativitas hendaknya meresap dalam seluruh kurikulum dan iklim
kelas melalui faktor-faktor seperti sikap menerima keunikan individu,
pertanyaan yang berakhir terbuka, penjajakan dan kemungkinan membuat pilihan.
Faktor lain
yang menyebabkan hasil belajar adalah rasa kecemasan yang dirasakan oleh siswa.
Akhir-Akhir ini negara-negara berkembang mulai berusaha untuk memfokuskan diri
pada bidang sains dan matematika, salah satunya adalah Negara Indonesia. Usaha
Indonesia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan pada bidang sains dan matematika
dapat dilihat pada pemberian pelajaran matematika sejak dini. Hudoyo
berpendapat pemfokusan pelajaran matematika disebabkan karena matematika
merupakan dasar untuk mengembangkan ilmu, sehingga mutlak diperlukan tenaga
yang terampil dan pandai dalam
matematika. Bila perkembangan ilmu matematika dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan maka akan diperoleh generasi yang berkualitas di masa yang akan
datang. Namun usaha tidak selalu sama dengan yang diharapkan. Terkadang sering
ditemukan banyak hambatan dalam pencapaian usaha tersebut. Hambatan-hambatan
itu dapat muncul dari dalam diri individu maupun dari lingkungan sekitar
individu. Bila hambatan-hambatan tersebut tidak segera ditanggulangi oleh
pemerintah di suatu negara, terutama di negara Indonesia maka hambatan-hambatan
tersebut dapat menimbulkan kecemasan pada bidang matematika.
Peserta
didik atau siswa di Indonesia mempunyai rasa cemas atau kurangnya optimisme
dalam diri siswa sehingga rasa percaya diri kurang dan semangat dalam belajar
juga semakin lemah. Hal ini terlihat ketika siswa mengalami kesulitan dalam
memberikan kode sebagai persiapan untuk menghafal sehingga menyebabkan hasil
belajar di sekolah semakin menurun. Pada suatu saat psikolog pernah memberikan
tugas-tugas belajar yang berbeda kepada peserta penelitian di laboratorium.
Peserta ini mengaku dirinya terlalu banyak atau terlalu sedikit rasa cemas
dalam situasi akademis. Kemudian hasil kedua kelompok itu diperbandingkan.
Hubungan antara kecemasan dan prestasi sekolah secara keseluruhan, tampak
sangat rumit. Secara umum kecemasan, tampaknya masih mampu membuat orang
berhasil terhadap tugas yang mudah, menghambat terhadap tugas yang sulit. Orang
dengan kecemasan yang hebat pada khususnya akan cenderung gagal menghadapi
kesulitan atau item tes yang ambigu.(Davidoff, 1991: 64).
Keadaan di
atas terjadi di MTsN Bawu Batealit Jepara, dimana siswa-siswinya memiliki
beranekaragam kecerdasan spiritual, serta kreativitas belajar dan kecemasan
dalam belajar yang berbeda pula.
Hal
tersebut di atas diketahui setelah saya melakukan wawancara pada Bapak H. Ali Musyafak selaku kepala sekolah
MTsN Bawu Batealit Jepara dan Bapak Heru selaku guru bidang studi matematika.
Menurut Kepala Sekolah bahwa sekolah ini memiliki asrama atau pondok pesentren
dengan nama At-Tohiriyah yang memiliki barbagai kegiatan yang berhubungan
dengan agama dan diperketat dengan peraturan-peraturan. Sebagian siswa dari
sekolah ini ada yang tinggal di pondok pesantren dan ada yang tidak berada di
pondok pesantren (di rumah). Beliau juga mengatakan bahwa, terdapat perbedaan
dalam hasil belajar siswa, yaitu antara siswa yang berada di pondok pesantrean
dan siswa yang tidak berada di pondok pesantren (di rumah), hal ini dapat
dilihat dari nilai raport siswa, selain itu juga terdapat perbedaan dalam hal
tingkah laku yang mengarah pada kedisiplinan, tanggung jawab, dan kesadaran
diri siswa. Siswa yang berada di pondok pesantran tingkah lakunya cenderung
lebih baik dari pada siswa yang tidak berada di pondok pesantren (di rumah),
hal-hal tersebut dapat dikaitkan dengan pembahsan tentang kecerdaan spiritual
karena hal tersebut merupakan suatu indikator atau sesuatu yang dapat
menggambarkan seberapa tinggi tingkat kecerdasan spiritual yang dimiliki oleh
siswa di sekolah itu. Menurut Bapak Heru selaku guru matematika, bahwa ada
beberapa siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Siswa yang
memiliki tingkat kecerdasan tinggi lebih kreatif dibandingkan dengan siswa yang
memiliki tingkat kecerdasan rendah, hal ini dapat dilihat ketika para siswa
sedang belajar di kelas. Berkaitan dengan penjelasan di atas, sehingga peneliti
mengambil permasalahan-permasalahan antara lain:
1.
Hubungan
kecerdasan spiritual dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII semester
II MTsN Bawu Batealit Jepara.
2.
Hubungan
kreativitas dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII semester II MTsN
Bawu Batealit Jepara.
3.
Hubungan
kecemasan dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII semester II MTsN
Bawu Batealit Jepara.
4.
Hubungan
kecerdasan spiritual, kreativitas, dan kecemasan dengan hasil belajar
matematika siswa kelas VIII semester II MTsN Bawu Batealit Jepara.
Maksud dari
hubungan antara kecerdasan spiritual di atas adalah, bahwa kecerdasan spiritual
mempunyai hubungan yang erat dengan hasil belajar karena kecerdasan ini
mempunyai beberapa unsur yang dapat mempengaruhi hasil belajar, yaitu: sikap
fleksibel, kesadaran diri, dan keyakinan positif, sedangkan untuk kreativitas
juga mempengaruhi hasil belajar karena kreativitas merupakan kemampuan untuk
melihat atau memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim, memadukan
informasi yang tampaknya tidak berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru
yang menunjukkan kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam berpikir, hal
inilah yang menjadi faktor dalam hasil belajar, sehingga kreativitas mempunyai
hubungan yang erat dengan hasil belajar. Kecemasan juga dapat mempengaruhi
hasil belajar, karena kecemasan mengandung unsur yang dapat mempengaruhi hasil
belajar di antaranya adalah kurangnya rasa percaya diri dan adanya rasa pesimis
ketika proses belajar-mengajar berlangsung, hal inilah yang menjadi penyebab
adanya hubungan antara kecemasan dan hasil belajar. Sedangkan untuk hubungan
antara ketiga variabel tersebut yaitu kecerdasan spiritual, kreativitas, dan
kecemasan dengan hasil belajar, maksudnya adalah bahwa kecerdasan spiritual
dapat mempengaruhi kreativitas dan kecemasan dan akhirnya akan mempengaruhi hasil
belajar siswa, sehingga akan timbul hubungan antara kecerdasan spiritual,
kreativitas, dan kecemasan dengan hasil belajar.
Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Ferdiyani (2010: 90) dijelaskan dalam studi
korelasinya yaitu antara kreativitas dan prestasi belajar matematika, di
dalamnya ditemukan adanya korelasi yang positif serta adanya kontribusi yang
signifikan antara kreativitas dan prestasi belajar matematika. Penelitian ini
dilakukan pada siswa kelas VIII SMPN 32 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011, hal ini
ditunjukkan dari nilai r hitung = 0.732 > r tabel = 0.329.
Dalam
penelitian lainnya yang dilakukan oleh Kiswayanti (2010: 101) dalam studi
korelasinya antara kreativitas dan prestasi belajar untuk siswa kelas VIII MTs
Al-Wathoniyyah Semarang, juga menemukan adanya hubungan atau korelasi yang
positif dengan kata lain, kreativitas siswa merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. Hal ini dapat ditunjukkan dari
nilai r hitung = 0.765 > r tabel = 0.220, sehingga terdapat hubungan yang
positif antara kreativitas dan prestasi belajar matematika siswa. Dalam
pembahasan tentang kecemasan yang dirasakan siswa ketika belajar matematika di
kelas, terdapat ciri-ciri atau indikator kecemasan yang ditemukan atau dialami
oleh siswa, baik ciri fisik maupun ciri psikis. Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Sugiarti (2010: 30) dijelaskan bahwa kondisi fisik yang menyangkut nutrisi
yang baik dan olahraga yang teratur yang biasa meningkatkan fungsi kognitif
pada anak, begitu juga kondisi psikis atau inteligensi juga berpengaruh besar
terhadap minat belajar sehingga hasil belajar manjadi kurang baik. Kondisi
fisik maupun psikis yang kurang baik akan memicu kurangnya fungsi dalam tubuh
sehingga akan mengakibatkan anak kurang bisa menangkap pembelajaran atau
melakukan aktifitas dengan sempurna atau baik, dan hal ini seringkali yang
tidak diperhatikan oleh semua orang baik guru maupun orang tua.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas,
maka perlu dilakukan penelitian dengan
judul “HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL, KREATIVITAS, DAN KECEMASAN SISWA
DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER II MTsN PECANGAAN
DI BAWU BATEALIT JEPARA TAHUN AJARAN 2010/2011”.
B. Penegasan Istilah
Untuk
menghindari adanya penafsiran yang berbeda serta untuk mewujudkan kesamaan
pandangan dan pengertian yang berhubungan dengan judul skripsi ini, maka perlu
ditegaskan dengan istilah sebagai berikut:
1. Hubungan
Hubungan adalah ikatan atau pertalian antara subjek dan
objek.(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 409).
Yang dimaksud hubungan dalam penelitian ini adalah adanya
ikatan atau pertalian antara kecerdasan
spiritual, kreativitas dan kecemasan dengan hasil belajar matematika.
2. Kecerdasan Spiritual
a. Kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal (kepandaian
dsb).(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 212).
b. Kecerdasan spiritual adalah suatu kecerdasan yang
berhubungan dengan kejiwaan dan kerohanian.(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:
771). Di dalam sumber yang lain dijelaskan bahwa kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan makna dan nilai, yaitu kecerdasan
untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas
dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan seseorang lebih
bermakna dibandingkan yang lain.(Agustian, 2001: 13).
c. Kecerdasan spiritual adalah pengetahuan akan kesadaran
diri, makna hidup, tujuan hidup atau nilai-nilai tertinggi.(Nasution, 2009: 1).
Yang
dimaksud kecerdasan spiritual dalam penelitian ini adalah ketepatan dalam
bersikap fleksibel, ada tidaknya keberanian untuk mencoba, keyakinan positif,
sikap tanggung jawab, tingkat kesadaran, dan ketepatan dalam mengambil
keputusan.
3. Kreativitas
a. Kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta.(Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2008: 489).
b. Kreativitas adalah kemampuan untuk melihat atau
memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim, memadukan informasi yang
tampaknya tidak berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru atau
gagasan-gagasan baru, yang menunjukkan kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas
dalam berpikir.(Munandar, 2009: 168).
Yang
dimaksud kreativitas dalam penelitian ini adalah menciptakan gagasan, mengenal
kemungkinan alternatif, melihat kombinasi yang tidak terduga, memiliki
keberanian, bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, memiliki latar belakang
membaca yang luas dan sebagainya.
4. Kecemasan
a. Kecemasan adalah suatu perasaan gelisah, khawatir
terhadap sesuatu yang bakal terjadi.(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 208).
b. Kecemasan didefinisikan sebagai emosi yang ditandai oleh
perasaan akan bahaya yang diantisipasikan, termasuk juga ketegangan dan stress
yang menghadang dan oleh bangkitnya system saraf simpetik.(Davidoff, 1991: 61).
Yang
dimaksud kecemasan dalam penelitian ini adalah ada tidaknya gejala yang
bersifat fisik seperti: jari-jari tangan dingin, detak jantung makin cepat,
berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang dan lain-lain. Selain
gejala fisik juga bersifat mental seperti: ketakutan, merasa akan ditimpa
bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tentram, dan ingin lari dari
kenyataan.
5. Hasil Belajar Matematika
a. Hasil adalah sesuatu yang didapat dari jerih payah.(Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2008: 351).
b. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan,
proses berbuat melalui berbagai pengalaman.(Sudjana, 2008: 28).
c. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi
pada individu melalui interaksi dengan lingkungan secara disadari dan bersifat
relative tetap.(Halmar, 2008: 4).
d. Hasil belajar menurut howard kingsley dalam buku Nana
sudjana (2008: 7) dibagi menjadi tiga macam yakni ketrampilan dan kebiasaan,
pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita.
e. Matematika secara singkat dikatakan bahwa matematika
berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara
hierarkis dan penalarannya deduktif.(Hudoyo, 1990: 4).
Yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah
hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII semester II MTsN Bawu Batealit
Jepara.
6. Siswa kelas VIII semester II
Siswa
kelas VIII semester II adalah siswa yang mengikuti pendidikan berdasarkan
kurikulum KTSP di MTsN Bawu Batealit Jepara dan tercatat sebagai siswa kelas
VIII semester II.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan
pada latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji
adalah sebagai berikut:
1.
Apakah
terdapat hubungan antara kecerdasan spiritual dan hasil belajar matematika
siswa kelas VIII semester II MTsN Bawu Batealit Jepara tahun ajaran 2010/2011?
2.
Apakah
terdapat hubungan antara kreativitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII
semester II MTsN Bawu Batealit Jepara tahun ajaran 2010/2011?
3.
Apakah
terdapat hubungan antara kecemasan dan hasil belajar matematika siswa kelas
VIII semester II MTsN Bawu Batealit Jepara tahun ajaran 2010/2011?
4.
Apakah
terdapat hubungan antara kecerdasan spiritual, kreativitas, dan kecemasan
dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII semester II MTsN Bawu Batealit
Jepara tahun ajaran 2010/2011?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang
menjadi dasar penelitian ini adalah:
1.
Untuk
mengatahui hubungan antara kecerdasan spiritual dan hasil belajar matematika.
2.
Untuk
mengetahui hubungan antara kreativitas dan hasil belajar matematika.
3.
Untuk
mengatahui hubungan antara kecemasan dan hasil belajar matematika.
4.
Untuk
mengatahui hubungan antara kecerdasan spiritual, kreativitas, dan kecemasan
dengan hasil belajar matematika.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi mahasiswa, guru,
siswa, peneliti, dan sekolah dalam rangka membantu keberhasilan siswa antara
lain:
1. Bagi Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika yang mempelajari dan mengkaji rancangan skripsi ini dapat memberikan
gambaran dan pengetahuan mengenahi hubungan antara kecerdasan spiritual,
kreativitas, dan kecemasan siswa dengan hasil belajar. Selain itu juga dapat
digunakan sebagai sumber referensi untuk penulisan karya ilmiah atau digunakan
untuk kajian dalam penelitian.
2. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan bagi
guru terhadap keadaan para siswanya, dimana siswanya memiliki perbedaan dalam
hal kecerdasan spiritual, kreativitas, dan kecemasan dalam belajar sehingga
tidak menghambat para guru dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Bagi Siswa
Diharapkan para siswa yang
memiliki kecerdasan spiritual tinggi, sedang, bahkan rendah untuk tetap
meningkatkan kreativitas dalam belajar dan berusaha agar selalu mengurangi rasa
cemas ketika kegiatan belajar mengajar sehingga prestasi belajarnya.
4. Bagi Peneliti
Peneliti bisa mengetahui
perbedaan dalam kecerdasan spiritual, kreativitas, dan kecemasan pada siswa
sehingga dapat mempersiapkan diri lebih awal sebagai calon guru yang
berkompeten dan profesioanal.
5. Bagi Sekolah
Sekolah mampu
mengidentifikasi kelemahan penyebab terhambatnya kemampuan
untuk memecahkan masalah pada siswa dan secara tidak langsung akan membantu
memperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Agar memperoleh gambaran yang jelas dan nyata serta mudah untuk di pahami,
maka penulis menguraikan sesuai dengan sistematika penulisan skripsi
sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Pada bagian awal berisikan tentang halaman judul, lembar persetujuan, lembar pengesahan, halaman motto dan
persembahan, abstraksi, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran dan daftar
tabel.
2. Bagian Inti
Pada bagian inti berisikan sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini memuat latar belakang, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, dan
sistematika penulisan skripsi.
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini memuat pembelajaran matematika, kecerdasan
spiritual, kreativitas, kecemasan, hasil belajar matematika, kerangka berpikir,
dan hipotesis.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini memuat penentuan tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, metode pengumpulan data, uji instrumen penelitian, dan metode analisis data.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Pada bab ini memuat pelaksanaan penelitian,
hasil ujicoba instrumen dan analisis data.
BAB 5 PENUTUP
Pada bab ini memuat kesimpulan dan saran.
3. Bagian Akhir
Pada bagian ini memuat daftar pustaka, lampiran-lampiran yang digunakan dan surat izin penelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar